TOWER CRANE

Tower Crane

Tower crane memegang peranan penting soal kecepatan dan percepatan pekerjaan. Seluruh operasional proyek sangat dipengaruhi oleh berfungsinya tower crane, disebabkan peranannya yang dominan untuk kelancaran jalannya pembangunan proyek. Untuk efisiensi biaya proyek, perkiraan jadwal dan waktu penggunaan tower crane perlu dilakukan sebelum pelaksanaan konstruksi. Pada proyek bangunana bertingkat tower crane pada umumnya digunakan untuk pekerjaan pengangkatan tulangan, pekerjaan pengecoran, pengangkatan bekisting, pengangkatan dinding precast, pasir dan unit-unit elektrikal dan mekanikal.

Menurut Rostiyanti (2008), tower crane merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertikal dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang gerak terbatas. Disebut tower karena memiliki rangka vertikal dengan bentuk standart dan ditancapkan pada perletakan yang tetap. Fungsi utama dari tower crane adalah mendistribusikan material dan peralatan yang dibutuhkan oleh proyek baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Tower crane merupakan peralatan elektromotor, artinya menggunakan listrik sebagai sumber daya penggeraknya. Tenaga gerak tersebut diperoleh dari PLN maupun generator set.

Pemilihan dan penempatan tower crane harus sebaik mungkin agar dapat mengangkut material secara maksimal dan menjangkau seluruh wilayah proyek dengan menggunakan panjang lengan (jib length). Semakin jauh radius jib maka kemampuan angkat menurun. Pada tower crane terdapat dua buah limit switch:

  1. Switch beban maksimum : untuk memonitor pada kabel dan memastikan tidak terjadinya overload.
  2. Switch momen beban : untuk memastikan operator tidak melebihi rating ton-meter bagi crane, ketika beban bergerak pada jib. Sebuah alat yang dinamakan “cat head assambly” pada slewing unit, dapat mendeteksi secara dini bila terjadi kondisi overload.

Jenis Tower Crane

Jenis-jenis tower crane dibagi berdasarkan cara crane tersebut berdiri yaitu :

  1. Free Standing Crane
    Crane yang berdiri bebas (free standing crane) berdiri diatas pondasi yang khusus dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai ketinggian yang besar maka kadang-kadang digunakan pondasi dalam seperti tiang pancang.
  2. Rail Mounted Crane
    Penggunaan rel pada rail mounted crane mempermudah alat untuk bergerak sepanjang rel tersebut. Tetapi supaya tetap seimbang gerakan crane tidak dapat terlalu cepat. Kelemahan dari crane tipe ini harga rel terlalu mahal, rel harus diletakkan pada permukaan yang datar sehingga tiang tidak menjadi miring.
  3. Climbing Tower Crane
    Crane ini diletakan didalam struktur bangunan yaitu pada core atau inti bangunan. Crane ini bergerak naik bersamaan dengan struktur naik. Pengangkatan crane dimungkinkan dengan adanya dongkrak hidrolis atau hydraulic jacks. Dengan lahan terbatas maka alternatif penggunaan crane climbing.
  4. Tied In Crane
    Crane tipe ini mampu berdiri bebas pada ketinggian kurang dari 100 meter. Jika diperlukan crane dengan ketinggian dari 100 meter, maka crane harus ditambatkan atau dijangkar pada struktur bangunan fungsinya untuk menahan gaya horizontal.

Bagian-bagian Tower Crane

Perhatikan gambar detail Tower Crane dibawah ini:

Gambar 1. Detail Tower Crane
1. Base Section

Bagian/segmen paling dasar dari badan tower crane yang langsung dipasang ke pondasi. Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 2. Base Section
2. Mast Section

Bagian dari badan tower crane yang berupa segmen kerangka yang dipasang untuk menambahkan ketinggian tower crane.

Gambar 3. Mast Section
3. Cat Head/Tower Top

Puncak tower crane yang berfungsi sebagai tumpuan kabel penahan jib dan counter jib. Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 3. Cat Head/Tower Top
4. Slewing Machine/Slewing Ring

Mast yang ikut berputar 360 derajat, berperan dalam mekanisme putar. Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 4. Slewing Machine
5. Jib

Lengan pengangkut beban dengan panjang bermacam-macam tergantung kebutuhan. Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 5. Jib
6. Counter Jib

Lengan penyeimbang terhadap beban momen jib. Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 6. Counter Jib
7. Cabin Set

Ruang operator pengendali tower crane. Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 7. Cabin Set
8. Climbing Frame

Bagian dari tower crane yang berfungsi sebagai penyangga saat penambahan mast.

9. Support Frame

Merupakan kedudukan /tumpuan yang menyokong slewing ring dalam mekanisme putar, terdiri dari bagian atas (upper) dan bagian bawah (lower).

10. Slewing Mast

Mast yang ikut berputar bersama jib, terletak dibawah cat head.

11. Counter Weight

Blok beton yang merupakan pemberat, yang dipaksa pada ujung counter jib.

12. Access Ladder

Tangga vertical yang berfungsi sebagai akses bagi operator menuju cabin set, terletak dibagian dalam mast section.

13. Trolley

Alat untuk membawa hook sehingga dapat bergerak secara horizontal sepanjang jib.

14. Hook

Alat pengait beban yang terpasang pada trolley

15. Tie rope

Merupakan kawat yang berfungsi untuk menahan jib supaya dalam tetap dalam kondisi lurus 90º terhadap tiang utama.

Dasar Pemilihan Tower Crane

Dasar pemilihan tower crane terdiri dari :

  1. Ketinggian tower crane
    ketinggian tower crane disesuaikan dengan tinggi bangunan yang akan dilayani. High under hook (HUH) ditentukan tinggi maksimum bangunan ditambah 2-4 meter guna spelling pada waktu mengangkat material.
  2. Lengan kerja atau radius bekerja (jib tengah)
    Lengan kerja (jib length) ditentukan jarak maksimum bahan yang akan diangkat nantinya dari as tower crane.
  3. Kapasitas tower crane
    Beban maksimum yang akan diangkat pada jarak titik tertentu.
  4. Static atau Travelling
    Hal ini tergantung dari rencana pemakaian tower crane, kalau yang dilayani tidak terlalu tinggi dan tower crane masih dalam batas free standing, tower crane masih berani di jalankan. Hal ini cocok apabila tower crane dipakai untuk melayani bangunan yang relatif memanjang.

Metode Pelaksanaan

Penggunaan tower crane melibatkan proses:

  1. Mobilisasi, merupakan proses pemindahan /pengangkutan komponen-komponen tower crane dari pool ke lokasi proyek.
  2. Erection, merupakan proses merakit komponen dasar dari tower crane.
  3. Operasional
  4. Dismantling, merupakan proses pembongkaran /pelepasan komponen tower crane sehingga dapat dilakukan demobilisasi.
  5. Demobilisasi, merupakan proses pemindahan /pengangkatan komponen-komponen tower crane dari lokasi proyek ke pool.

Penggunaan Tower Crane

Besarnya muatan yang dapat diangkat oleh tower crane telah diatur dan didapatkan dalam manual operasi tower crane yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat tower crane tersebut. Prinsip dalam penentuan beban yang bisa diangkat adalah berdasarkan prinsip momen, jadi pada jarak dan ketinggian tertentu tower crane memiliki momen batas yang tidak boleh dilewati. Panjang lengan muatan dan daya angkut muatan merupakan suatu perbandingan yang bersifat linear. Perkalian panjang lengan dan daya angkat maksimum pada setiap titik adalah sama dan menunjukan kemampuan momen yang bisa diterima oleh tower crane tersebut.

Tower crane digunakan untuk mengangkut material konstruksi bangunan dari bawah menuju bagian yang ada di atas, juga dipakai untuk mengangkut bahan concrete bucket pada proses pengecoran dan mampu mengangkat aneka jenis alat bantu maupun bahan untuk membuat bekisting kolom, besi beton,dan lain sebagainya. Cara kerja tower crane dibagi menjadi tiga gerakan, yaitu :

  1. Gerakan vertikal angkat dan turun (Hoist) : Gerakan mengangkat dan menurunkan beban diatur oleh kerja motor penggerak yang berfungsi menggulung tali baja. Tali baja ini akan menggerakkan beban yang digantungkan kait (hook) yang akan bergerak naik-turun. Bila posisinya telah sesuai dengan yang dikehendaki maka gerakan akan dihentikan oleh operator dengan menarik tuas (handle) yang terhubung dengan rem.
  2. Gerakan Horisontal (Trolley) : Gerakan ini adalah gerakan trolley yang berjalan / berpindah dalam arah mendatar (horisontal) atau melintang. Gerakan ini diatur oleh motor yang berfungsi trolley berjalan di sepanjang rel yang terletak diatas girder dan boom.
  3. Gerakan Memutar (Swing) : Gerakan ini terjadi akibat putaran motor yang memutar gigi jib sehingga jib dapat berputar ke arah kanan atau kiri dengan sudut 360º.

Biaya Operasional Alat (Operational Cost)

Biaya operasi adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pengoperasian suatu peralatan, dimana biaya operasi ini terjadi hanya pada waktu peralatan tersebut dipergunakan (Nunnaly, 2007). Biaya Operasional terdiri dari :

  1. Biaya Operator Alat Biaya ini adalah biaya untuk sumber daya manusia yang mengoperasikan alat (Day, 1973).
  2. Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut alat antara proyek dengan tempat penyimpanan alat.
  3. Biaya Erection-Dismantle Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses pemasangan dan pembongkaran tower crane yang dipakai pada proyek.
  4. Biaya Pelumas Jumlah minyak pelumas yang digunakan oleh suatu mesin akan berubah-ubah terhadap ukuran mesin,kondisi cincin-piston,dan selang waktu penggantian minyak. Umumnya penggantian minyak dilakukan setiap 100 hingga 200 jam.
  5. Biaya Bahan Bakar (Fuel Cost) Jumlah bahan bakar untuk alat berat yang menggunakan bensin atau solar berbeda-beda. Rata-rata alat yang menggunakan bahan bakar bensin 0,06 galon per horse-power per jam, sedangkan alat yang menggunakan bahan bakar solar mengkonsumsi bahan bakar 0,04 galon per horse-power per jam.
  6. Biaya Listrik Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor apabila sumber listrik yang digunakan pada proyek berasal dari PLN .

Kami Memberikan Layanan Terbaik Dalam Konstruksi

Solusi Untuk Konstruksi Anda

Kirim Chat
Chat With Us!
Segera hubungi kami mengenai info lengkap dan penawaran!

Powered by PT. Taruna Karya Sejati Official