PERKERASAN KAKU
Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku (beton semen) merupakan konstruksi perkerasan dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya, sehingga mempunyar tingkat kekakuan yang relatif cukup tinggi khususnya bila dibandingkan dengan perkerasan aspal (perkerasan lentur), sehingga dikenal dan disebut sebagai perkerasan kaku atau rigid pavement.
Modulus Elastisitas (E) merupakan salah satu parameter yang menunjukan tingkat kekakuan konstruksi disamping dimensinya; dan dapat dipergunakan sebagai acuan ilustrasi tingkat kekakuan konstruksi perkerasan. Pada perkerasan aspal (perkerasan lentur), modulus etastisitas sekitar (Ea) sekitar 4.000 MPa, sedangkan pada perkerasan kaku (beton semen) modulus elastisitas rata-rata (Eb) berkisar pada besaran 40.000 MPa atau 10 kali lipat dari perkerasan aspal.
Uraian singkat diatas memberikan pengertian bahwa jenis konstruksi perkerasan ini sangat beralasan dan tepat untuk disebut atau dinamakan sebagai konstruksi perkerasan kaku. Pada perkerasan kaku ini, satu lapis beton semen mutu tinggi (sesuai dengan kelasnya) pada konstruksi perkerasan tersebut merupakan konstruksi utama. (Sumber : Diklat Perkerasan Kaku, 2017)
Sejarah Perkerasan Kaku
- Perkembangan Teknologi Perkerasan Kaku di Dunia
- Perkerasan Kaku di Indonesia
Klik tombol disamping untuk info selengkapnya tentang Sejarah Perkerasan Kaku :
Sifat Umum Perkerasan Kaku
- Kemampuan Penyebaran Beban ke Lapisan Tanah Dasar
- Struktur Perkerasan Kaku
- Kapasitas Konstruksi Perkerasan Kaku
- Pengaruh Bahu Konstruksi Perkerasan Kaku
Klik tombol disamping untuk info selengkapnya tentang Sifat Umum Perkerasan Kaku :
Jenis Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku yang berupa pelat beton dilengkapi dengan beberapa sambungan, seperti sambungan susut melintang, sambungan memanjang, sambungan pelaksanaan serta sambungan muai. Masing-masing sambungan dan letaknya ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Tipe dan lokasi sambungan pada perkerasan kaku
(Sumber : Diklat Perkerasan Kaku, 2017)
Ada beberapa tipe perkerasan kaku yang telah dikenal, akan tetapi ada dua hal yang paling penting. Pertama kekuatan terhadap beban lalu lintas yang dinyatakan dengan kuat tarik lentur dari beton. Jika penulangan digunakan, penulangan itu digunakan untuk mengontrol retak dan bukan untuk memikul beban lalu lintas. Hal yang kedua ialah bahwa perkerasan kaku menyusut akibat dari penyusutan beton itu sendiri sewaktu dalam proses mengeras, serta memuai dan menyusut akibat pengaruh temperatur, dan pergerakan ini harus diperhitungkan. Jenis perkerasan kaku yang dikenal ada 5, yaitu:
- Perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan atau “jointed unreinforced (plain) concrete pavement’’ (JPCP)
- Perkerasan kaku bersambung dengan tulangan atau “jointed reinforced concrete pavement” (JRCP)
- Perkerasan kaku menerus dengan tulangan atau “continuously reinforced concrete pavement” (CRCP)
- Perkerasan beton semen ‘prategang’ atau “prestressed concrete pavement”
- Perkerasan beton semen pracetak (dengan dan tanpa prategang)
Perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan, perkerasan kaku bersambung dengan tulangan, dan perkerasan kaku menerus dengan tulangan termasuk dalam kelompok perkerasaan kaku konvensional. Perancangan dan rincian detil pada sambungan sangat penting untuk jenis jenis perkerasan tersebut. Ketiga jenis perkerasan konvensional tersebut, juga telah digunakan sebagai pelapisan ulang, walaupun yang paling umum ialah perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan.
Klik tombol disamping untuk info selengkapnya tentang Jenis Perkerasan Kaku :
Jenis Sambungan Pada Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku konvensional (JPCP, J RCP,CRCP) menggunakan beberapa sambungan melintang dan memanjang. Sambungan susut melintang digunakan pada JPCP dan JRCP, umumnya menggunakan ruji. Pada setiap akhir dari pelaksanaan harian pembuatan perkerasan, atau pelaksanaan penghamparan yang mengalami keterlambatan, digunakaan sambungan pelaksanaan melintang, umumnya dilakukan pada lokasi sambungan susut yang telah direncanakan dari JPCP dan JRCP. Sambungan muai melintang atau sambungan isolasi dipasang dimana pemuaian dari perkerasan akan merusak jembatan atau fasilitas drainase disebelahnya. Sambungan susut memanjang dibuat bila dua atau lebih perkerasan ataupun bahu jalan dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Sedangkan sambungan pelaksanaan memanjang digunakan antara dua lajur atau bahu jalan yang diperkeras pada saat yang berbeda.
- Sambungan Susut Melintang
- Sambungan Memanjang
- Sambungan Pelaksanaan
- Sambungan Pelaksanaan Memanjang
- Sambungan Muai (Expansion Joint)
Klik tombol disamping untuk info selengkapnya tentang Jenis Sambungan Pada Perkerasan Kaku :
Perkembangan Peralatan Perkerasan Kaku
Pada mulanya pelaksanaan pembangunanan perkerasan kaku menggunakan acuan tetap (fix form) dari besi. Harga acuan ini dipandang mahal, sehingga dikembangkan alat penghampar yang dikenal dengan acuan gelincir (slip form). Pada acuan gelincis ini tidak diperlukan lagi acuan tetap, karena acuannya bersatu dengan mesin penghampar dan bergerak maju selama penghamparan. Pada pembangunan dengan acuan gelincir ini, slump beton dirancang lebih kecil daripada slump beton untuk acuan tetap, agar tepi plat beton tidak runtuh ketika ditinggalkan oleh acuan gelincir tersebut. Acuan gelincir ini pertama kali dikembangkan di Iowa antara tahun 1946 dan 1949 oleh dua ahli jalan raya yaitu James W Johnson dan Bet Myers. Inovasi ini pertama kali digunakan tahun 1949 pada perkerasan dengan lebar 2,7 m dan tebal pelat 15 cm. Dengan menggunakan dua pengampar secara bersamaan, jalan tersebut bisa dibuat dengan sekali jalan. Menjelang tahun 1955, perusahaan Quad City Construction telah mengembangkan dan memperbaikinya sehingga penghampar bisa membuat perkerasan dengan lebar 7,3 m dengan tebal 25 cm, dan selanjutnya dikembangkan penghampar yang lebih besar lagi.
Bagian-bagian dari pengerasan dengan acuan gelincir, modern diperlihatkan pada gambar 1 sampai gambar 3. Gambar 1 memperlihatan ruji yang diletakan dan dipasang dengan kokoh pada dudukannya, untuk melengkapi penyaluran beban pada sambungan penggergajian melintang. Gambar 2 meperlihatkan acuan gelincirnya sendiri yang sedang beroperasi. Gambar 3 memperlihatkan bagaimana acuan gelincir bisa digunakan pada pembuatan tikungan.
Pada saat ini pelaksanaan perkerasan kaku masih ada yang menggunakan acuan tetap disamping acuan gelincir.

Sebelum Penghamparan Dengan Slip Form

Mesin penghampar slipform

Penyelesaian akhir Slip Form
Lapis Tambah
Pelapisan kaku bisa juga digunakan untuk pelapisan ulang, apakah di atas perkerasan aspal maupun di atas perkerasan kaku yang lama. Ada dua klasifikasi pada pelapisan ulang tersebut, berdasarkan apakah lapisan ulang tersebut terikat (bonded) dengan perkerasan lama atau apakah ikatan itu diabaikan atau dicegah (unbounded).
Pelapisan beton dengan cara unbounded ialah yang dibangun diatas perkerasan beton lama, dengan kondisi tertentu untuk mencegah ikatan antara dua lapisan tersebut. Umumnya pemecah ikatan (bond breaker) ialah lapisan tipis campuran beraspal panas. Alasan dari penggunaan bond breaker ini, ialah untuk menjaga retak dan kerusakan lainnya pada perkerasan lama yang menjalar sampai ke lapisan barunya (reflection crack). Dengan adanya lapisan bond breaker (pemecah ikatan), fungsi perkerasan lama sebagai sebagai base dengan kualitas yang tinggi untuk mendukung perkerasan baru.
Lapis tambah dengan sistem bonded ialah pelapisan pada perkerasan lama dengan ikatan diantara dua lapisan tersebut. Pelapisan tambah dengan cara ini, ketebalannya bisa sampai 5 cm, sebab adanya sistem komposit dengan perkerasan lamanya.
Akan tetapi, karena setiap kerusakan pada lapisan beton lama, akan menjalar ke lapisan di atasnya, maka pelapisan tambah beton dengan sitem bonded dibatasi untuk perkerasan lama yang mempunyai kondisi cukup baik. Hal ini mungkin yang menjadi alasan utama, mengapa pelapisan dengan sistem ini, sangat jarang digunakan. Pengelola jalan enggan untuk mengalokasikan dananya pada jalan yang kondisinya masih relatif baik dan cenderung mengalokasikan dananya kepada perkerasan dengan kondisi yang lebih jelek. Alasan lainnya mengapa ini jarang dipergunakan, ialah jika “ikatan” tidak tercapai, pelapisan tambah ini akan mengalami kerusakan dengan cepat. Lapis tambah dengan sitem bonded dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
